Sabtu, 19 September 2015

One Day Recruitment : Sekretaris



Hai hai! Selepas informasi pengalaman recruitment yang gue dapetin dari blog-blog sebelah, rasa-rasanya mubazir kalo pengalaman gue recruitment hari ini gak gue ceritakan disini. Ini adalah pengalaman ke dua gue ngalamar di bank selepas gue lulus sidang. Setelah sebelumnya gue coba buat  ngelamar di Bank mandiri sebagai frontliner (interview 2 hari lalu dan belum mendapat kabar kelanjutan) hari ini gue ngelamar di salah satu bank bumn juga yaitu BT* sebagai sekretaris.

Sebelumnya gue mendapatkan informasi lowongan pekerjaan ini dari website resmi bank tersebut. Setelah melihat  beberapa persyaratan yang ditentukan, rasa-rasanya kualifikasi gue memenuhi untuk posisi tersebut. Meskipun gue terlahir (lulus dari kampus maksudnya) sebagai sarjana pendidikan dengan jurusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, kualifikasi sebagai sekertaris masih nempel lah ya dengan pekerjaan tersebut (menurut gue aja xp). Secara gue juga pernah dapet mata kuliah korespondensi, yang tentunya berkaitan dengan salah satu tugas sekretaris. Walaaa tanpa piker-pikir lagi, akhirnya gue gali semua informasi mengenai bank tersebut dan hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan sekretaris sebagai bekal gue dalam recruitment.

Ntah darimana asalnya, feeling gue sebelumnya udah gak enak dari malam sebelumnya. Namun rasanya mubazir kalo ngelewatin kesempatan tersebut, karna tugas kita sebagai manusia yaa harus mencoba dan berusaha yakan?

Berbekal uang lima puluh ribu dan dengan diantar supir pribadi mengendarai motor (sebut saja gojek) tanpa sempat sarapan gue akhirnya tiba dilokasi, tepatnya di salah saru sudut wilayah tanah abang, gak jauh-jauh dari thamrin city. Kurang lebih pukul delapan pagi, kala itu puluhan wanita-wanita yang tentunya cantik-cantik sudah memenuhi halaman gedung tersebut lengkap dengan pakaian hitam-putih yang serupa dengan gue. Saat itu gue datang dengan blazer putih andalan gue, rok hitam dan heels putih dengan renda coklat satu-satunya yang gue punya hahahaha.

Gue sangat merasa nyaman, cantik dan percaya diri awalnya, namun semua jadi luntur karna semenjak gue datang sampai kira-kira pukul setengah 11 gue dan ratusan wanita lainnya yang datang disana punya nasib yang gak jelas (beberapa yang ada yang menunggu hingga pukul 12 dihalaman). Sekitar dua setengah jam yaa kurang lebih, kita antre berada di depan gedung tersebut beratap langit dan berlampukan cahaya matahari pagi. Syahduuu yaa bahasa gue… padahal mah gerah, lemes, lapar, letih, lesu, lunglai berasa lagi upacara. Pintu gedung sempet ditutup karna emang sarana gedung gak memadai untuk menampung kita para jobseekers yang cantik ini.

Selama di luar gedung gue berdiri mengikuti barisan, sampe gue duduk selonjoran di pinggiran jalan karna emang gak kuat lagi berdiri menggunakan heels 7cm. Keringetan pasti, kucel apalagi, mana bau kambing (H-5 idul adha). Akhirnya gue berhasil masuk kedalam gedung pun karna gue sepik gitu minta ke toilet. Tapi bukan maksud mau curang yaa, emang gue nyari kejelasan nasib gue aja dari pada ngemper  panas di jalanan.

Setelah berhasil masuk dalam gedung, gue berbaris kembali untuk ngukur tinggi badan dan ambil nomor. Perjuangan antre kitapun berlanjut, berdiri sampe kegencet dan nyeker karna gak kuat lagi pake heels. Wanita-wanita calon sekertaris itu ganas-ganas, mungkin emang udah dasarnya wanita mah paling gak suka nunggu yaa. Gue sih sabar aja sampe akhirnya tinggi gue diukur dan lolos, ketentuannya standar kok minimum 155 cm. Setelah tahap tersebut, lumayan banyak yang pulang karna kurang tinggi dan ada juga yang pulang karna udah gak kuat antre.

Lanjut ketahap selanjutnya kita naik ke atas dan kembali lagi untuk tahap interview. Sekitar setengah jam gue antre, akhirnya gue dapet giliran interview dengan salah seorang dari empat orang interviewer.

Baru gue berjabat tangan dengan interviewer, menyerahkan cv gue, duduk dengan manis dan dalam beberapa detik kemudian dia bertanya soal ijazah gue. Gue yang saat itu berstatus baru lulus hanya mempunyai surat keterangan lulus alias SKL. Sang interviewer menjelaskan bahwa gue harus menyerahkan ijazah asli untuk dapat bergabung menjadi karyawan tetap pad posisi itu, namun dengan bahasa dan padanan kata yang kurang enak. Gak bisa gue ceritain dengan detail juga sih rasanya tidak beretika, intinya begitu. Ohya,  sebelumnya gue juga pernah bertemu dengan mas-mas interviewer tersebut dibawah dan memberikan harapan palsu kalo nanti dia mau buka pintu disebelah kanan (padahal ngga), sakit men udah antri capek-capek sampe depan pintu sedikit lagi padahal.

Kecewa? Ya tentu. Tentang penolakan saat di interview sih sedikit, gue masih bisa memaklumi karna ijazah gue yang belum keluar. Tapi cara mereka menangani recruitment! Notabenenya perusahaan besar, kriteria yang tidak spesifik dan informasi yang transparan sudah mampu meramalkan akan kedatangan joobseekers yang banyak. Jangan sampai fenomena antri BLT kejadian pada saat recruitment (untungnya Cuma rusuh sedikit). Kalaupun tidak mau joobseekersnya membludak yaa silahkan cantumkan kriteria yang lebik spesifik atau melalui seleksi langsung ke universitas ternama. Kita pasti bisa memaklumi mana pekerjaan yang sesuai dengan kriteria kita, mana yang tidak.


Balik ke cerita recruitment, untuk peserta yang lolos interview akan masuk ke tahap psikotest. Proses selanjutnya sih saya lupa, tapi memang seluruh rangkaian recruitment akan selesai pada satu hari itu saja sampai ke pengambilan foto. Sukses yaa untuk teman-teman yang lolos menjadi sekretaris. Terimakasih bagi yang mau membaca kisah panjang gue hari ini yaaa hahaha. See you on top!

Kamis, 14 Mei 2015

Unek-unek Saat Ngerjain Skripsi


Buat seorang mahasiswa, mengerjakan tugas akhir merupakan sebuah kerjaan musingin, ngeselin yang kudu dikerjain meskipun dengan paksaan keinginan diri yang bersemangat untuk lulus… ngerti gak? Ya, kira-kira begitulah unek-unek yang ingin gue ungkapin saat ini.
Kalian pasti pernah denger meme atau sebuah kata mutiara yang ngungkapin kalo kehidupan di bangku kuliah, gak seindah di FTV? Gue sependapat dengan kata-kata tersebut, meskipun faktanya gue jarang bahkan gak pernah nonton FTV lagi.
Diawal-awal bangku kuliah (maksudnya semester awal) gue pernah coba-coba skripsi diperpustakaan kampus tercinta. Meskipun gue gak paham betul isinya, tapi gue ngentengin aja (waktu itu yaa!). Lalu dipertengahan semester seorang temen gue sempet ngegosipin senior kita yang sukses diet karna kecapekan skripsi. Sontak imajinasi gue melambung tinggi, ngebayangin gue bisa kurus dengan hanya ngerjain skripsi.

Tadaaaaa… waktu itupun tiba. Yak! Saat ini gue sedang mengerjakan skripsi dengan berbagai masalah hidup gue. Mulai dari cari referensi sana-sini, ganti judul tiga kali, ngeprint berkali-kali, ngejauhin drama korea sampai taubat dari shopping (emang karena bokek) gue lakuin demi gelar S.Pd itu dibelakang nama gue.  Skripsi itu ternyata… ahsudahlah… gue takut karma disuruh revisi lagi hahahaha. Sekian dan terimakasih, doakan kelancarannya yaa biar bisa pake toga tanggal 3 Oktober :v

logo kampus tercinta :D

Selasa, 28 April 2015

Ibu


Sang jarum pendek kala itu menunjuk angka dua, masih sunyi, embunpun enggan menetes. Lamunanku kala itu menjinakkan rasa takutku yang sering muncul kalaku terbangun seperti saat ini. Melamunkan segala masalah, tentang desakan untuk segera menikah, tentang kesedihanku pada ayah yang baru saja tiada, dan tentang ibu dan adikku yang pergi begitu saja empat tahun yang lalu.
Lamunanku berujung panjang hingga gema adzan membuatku tersadar. Sedikit tenang rasanya setelah menunaikan ibadah, kupendam dalam-dalam pikiranku malam tadi agar bisa berkonsentrasi pagi ini. Seperti sebuah rutinitas, sebelum berangkat kerja handphoneku bergetar. Menandakan sebuah pesan masuk, dari seorang yang amat kucintai.
“Pagi udara! Semangat bekerja.” Isi pesan tersebut
“Hello my shine! Semangat juga yaa.” Jawabku singkat
Pengirim pesan tersebut ia lah seorang yang selalu mengisi hidupku setahun belakangan ini, seseorang yang dalam status sosialnya kusebut pacar. Pelabuhan hati yang inshaa allah menjadi yang terakhir. Umur kami sudah matang saat ini dan masalah kemapanan tentu sudah tak menjadi persoalan lagi. Seluruh sahabat dan keluarganya selalu menanyakan hal yang sama.
“Kapan kalian akan menikah?”
Ya, pertanyaan itu yang menggangguku selama satu bulan terakhir ini. Dirga, kekasihku itu, sebenarnya sudah melamarku 3 minggu yang lalu meskipun belum secara resmi. Bahkan ibu dan ayahnya sudah mengutarakan pula hal tersebut pada saat aku berkunjung kerumahnya. Tetapi lamarannya belum bisa kuterima karena aku masih dirundung duka Ayah. Terlebih lagi, ibu dan adikku yang sudah 10 tahun tak lagi kudengar kabarnya. Tak mungkin aku menikah saat ini, kecuali sudah kutemukan orang yang kukasihi itu.
***
Sepuluh tahun yang lalu ialah akhir dari rumah tangga keluargaku, ibu dan ayah harus berpisah. Waktu itu umurku masih 13 tahun, usia seorang gadis yang sedang mencari jati dirinya. Sementara adikku berjarak 5 tahun dariku, umurnya 8 tahun. Meskipun sudah cukup besar, adikku saat itu sering sekali menangis, suara tangisannya yang besar sering membuatku mengolok-oloknya dengan sebutan katak sambal mencubit pahanya keras-keras. Hingga tak jarang kakinya beruam biru bekas cubitanku. Sebenarnya aku paham benar semua yang terjadi antara ibu dan ayah, namun tak ada yang bisa kulakukan. Setiap malam aku hanya terbangun dari tidurku, namun tetap bertahan dibalik selimut mendengar semua kata-kata ibu dan ayah. Menangis, tanpa tahu apa yang harus dilakukan. Hingga akhirnya sepulang sekolah, ibu dan adikku menghilang dengan hanya meninggalkan sepucuk surat diatas meja.
“Aira baik-baik yaa sama Ayah.”
***
Kudengar dari budeku, mungkin ibu dan adik berada dirumah eyangku di Jogyakarta, dijalan Bumijolor dekat stasiun Tugu. Kubulatkan tekad mengambil cuti selama satu minggu dari kantor, mencari tahu keberadaan ibu dan adik untuk membujuk mereka hidup bersamaku. Delapan jam kuhabiskan waktu seorang diri didalam kereta hingga badanku begitu kaku, karna takbiasa melakukan perjalanan jauh sepertinya. Setiba disana, hari sudah larut malam, kuputuskan untuk menginap disebuah hotel yang tak jauh dari stasiun.
Dengan mengandalkan secarik kertas bertuliskan sebuah alamat dari bude, kutempuh perjalanan dengan menggunakan jasa becak. Suasana jogya yang begitu menyenangkan membuatku terlena, membayangkan jika aku yang diajak ibu untuk hidup bersamanya di kota ini.
“Assalamualaikum!” teriakku sambal mengguncangkan selotan kunci gerbang hitam sebuah rumah.
“Mba… cari siapa? Ndak ada orang dirumah itu” Suara seorang mengagetkanku.
“Ehh… yaa. Saya mencari ibu Jarni bu, saya cucunya” Jawabku.
“Saya yang tinggal disamping mba, saya dengar mba berteriak dari tadi. Kalo soal mbah itu sudah 8 bulan lalu mba beliau meninggal, cuma anaknya sesekali datang kesini hanya untuk memeriksa dan membersihkan rumah.” Jawabnya memberikan penjelasan.
“Innalillahiwainnailaihi rajin. Omong-omong ibu kenal anaknya? Namanya Ani kan bu?” tanyaku gugup.
“Hem bukan…. Saya kenal betul keluarga ini, nama anaknya Reni. Setahu saya kalau ani sudah lama tidak kemari, terakhir saat mbah meninggal. Bukannya ia tinggal dengan keluarganya di Jakarta?”
“Jakarta?”
***
Tak banyak waktu yang kuhabiskan di Jogjakarta, rasanya hampir putus asa sekaligus sakit hati. Ternyata selama ini ibu masih tinggal di Jakarta. Lalu kenapa ia tak pernah mengunjungiku? Klise-klise kenangan masa lalu membumbung dipikirannku. Menimbang rasa rinduku pada ibu dan kekecewaanku atas sikapnya.
Berbekal informasi dari tetangga-tetangga jogjakarta, kudapatkan informasi mengenai keberadaan ibu dan adikku. Hari itu aku ditemani oleh Dirga, melewati jalan sempit di wilayah harmoni, jakarta pusat. Suasanya disana cukup ramai, banyak anak-anak bermain dan motor yang berlalu lalang memadati gang itu. Rasanya seperti dalam sinetron picisan yang ditayangkan setiap hari, seluruh orang disekitar mengalihkan perhatian pada kami, mungkin seharusnya kami menggunakan pakaian yang lebih sederhana.
Hingga tiba disebuah rumah kecil disamping sebuah sungai, seorang anak perempuan baru saja keluar dari rumah tersebut dengan mengenakan pakaian SMA. Aku memandanginya dari jauh, mungkin itu adikku… kupandangi punggungnya hingga iya berbelok dan menghilang. Highheels yang kukenakan bergemeretak, seirama dengan gemetar kakiku. Dirga membopoh pundakku, ia bagai tuas yang menahan tubuhku. Pintu berbahan triplek diketuk oleh dirga sebanyak tiga kali.
“Assalamualaikum”. Tanyaku gugup.
“Iya siapa ya?” Jawab seorang wanita sambil membukakan pintu.
Wanita itu langsung mendekapku erat tanpa berbasa-basi. Kurasakan kehangatan yang selama ini sering bergelayut dalam mimpi-mimpiku, kurasakan perasaan rindu yang mendalam pada dekapannya, kerinduan yang sama seperti milikku. Airmataku jatuh bertubi, ini mungkin yang biasa orang sebut menangis bahagia.
“Ibu kok langsung ngenalin aku?” tanyaku sambil terisak.
“Ibu selalu mencari tahu kabarmu nak, Ibu selalu mengamati perkembanganmu. Ibu selalu memeriksa apa ayahmu menjaga dan merawatmu dengan baik. Ibu bangga sekarang anak ibu sudah besar, lulus dari universitas yang ternama, dan bekerja didalam gedung yang nyaman” jawabnya sambil membelai rambutku.
“Aku menyayangi mu sekarang dan waktu aku tak lagi bersama mu 
aku menyayangi mu anak ku dengan ketulusan hati ku” Ucap Ibu dengan tulus.
Sudah tak mampu kujelaskan lagi bagaimana bahagiaku. Seorang yang kukira membuangku ternyata begitu amat memerdulikanku. Seorang yang mungkin selalu berdoa untuk segala kebahagiaanku. Kini solah kebahagiaanku sudah sempurna, dengan Ibu disampingku.

Rabu, 08 April 2015

Lirik Terjemahan Style - Taylor Swift



Midnight, you come and pick me up
Tengah malam, kau datang dan menjemputku

No head lights
Tanpa lampu depan

Long drive, could end in burning flames or paradise
Perjalanan panjang, bisa berakhir di kobaran api atau surga

Fading off you, it's been a while since I have even heard from you 
Memudar, sudah lama sekali sejak terakhir kudengar kabarmu

I should just tell you to leave cause I
Harusnya kusuruh saja kau pergi karena aku

Know exactly where it leads but I
Tahu pasti kemana tujuannya tapi 

Watch us go round and round each time
Kusaksikan kita terus berputar-putar

II
You got that James Dean day dream look in your eye
Ada tatapan lamunan James Dean di matamu itu

And I got that red lip classic thing that you like
Dan ada warna merah merekah klasik di bibirku yang kau suka

And when we go crashing down, we come back every time
Dan saat kita bertabrakan, kita pun selalu kembali

Cause we never go out of style
Karena kita tak pernah mati gaya

We never go out of style
Kita tak pernah mati gaya

III
You got that long hair, slicked back, white t-shirt
Rambutmu hitam panjang, disisir ke belakang, berkaos putih 

And I got that good girl faith and a tight little skirt
Dan ada punya keyakinan gadis baik dan rok mini ketat

And when we go crashing down, we come back in every time
Dan saat kita bertabrakan, kita selalu kembali

Cause we never go out of style
Karena kita tak pernah mati gaya

We never go out of style
Kita tak pernah mati gaya

So it goes
Maka terjadilah

He can't keep his wild eyes on the road
Dia mata liarnya tak bisa fokus pada jalan

Takes me home
Mengantarku pulang

Lights are off, he's taking off his coat
Lampu padam, dia lepaskan mantelnya

I say I heard that you been out and about with some other girl
Kubilang kudengar kau hampir bersama dengan gadis lain

Some other girl
Gadis lain

He says, what you've heard is true but I
Dia bilang, yang kau dengar itu benar namun aku

Can't stop thinking about you and I
Tak bisa berhenti memikirkan kita

I said I've been there too a few times
Kubilang aku juga beberapa kali pernah mengalaminya

Back to II, III

Take me home
Antar aku pulang

Just take me home
Antar saja aku pulang

Just take me home
Antar saja aku pulang

Back to II

Rabu, 07 Januari 2015

29 September 2014


Halo halo! Entah kenapa gue kembali membuka blog yang sudah terbengkalai ini. Sebelumnya sih emang gue udah ngebuletin tekat untuk menulis dan menghasilkan karya dari perjuangan gue ngambil kuliah sastra. Namun pada kenyataannya, gue terlalu sibuk untuk menulis. untungnya, karena libur yang berkepanjangan, akhirnya tangan gue kembali gatel untuk menulis.

Tanggal pada judul tersebut adalah peristiwa bersejarah gue dan pasangan gue saat ini Muhammad Chandra Kuncoro. Doi memang bukan seorang pangeran berkuda putih yang diimpi-impikan oleh kebanyakan gadis. Tapi buat Dewi, dia lebih dari itu. Gue sengaja ingin menulis ini, supaya suatu saat gue akan tersenyum membacanya kembali. Okelah… gue inget-inget dulu awal cerita ini dimulai. 

Kira-kira di bulan Juli kami berkenalan, sekitar 2 bulan setelah Dewi berpisah dengan yang sebelumnya. Tapi tidak lama semenjak itu, gue berkenalan kembali dengan soeorang pria lainnya. Wajar dong namanya masih berjiwa muda dan mencari cinta sejati? Widih.

Sebulan setelah kami berkenalan sebenarnya sudah ada benih-benih cinta diantara kami, namun gak ada yang mau jujur duluan soal perasaan. Gue gak mau nyeritainnya panjang lebar, yah semua ada prosesnya. proses tersebut juga lah yang membuat kami sadar bahwa kami saling membutuhkan dan menyayangi.

Alhamdulillah setelah 4 bulan proses itu, akhirnya Chandra nembak gue. Meskipun sebelumnya ada drama yang terjadi dengan seorang pria lainnya yang rela-rela dateng dari bogor ke Jakarta. Pria itu sempet ngebuat hati gue bimbang karena pengorbanannya, terlebih gue udah dikenalin sama orang tuanya. tapi akhirnya pukul 21.00 pada tanggal 29 September 2014, Chandra mengucapkan permintaannya untuk menjadi pasangan gue didepan rumah gue. Wajah polosnya saat itu terlihat ketakutan karena nenek gue yang udah ngodein supaya Chandra segera pulang. Dengan berkat rahmat Allah yang maha kuasa dan dengan dorongan perasaan sayang, gue pun gak bimbang lagi untuk  menerima permintaannya. Plis jangan bilang ciye, gue gak suka.

Terhitung hari ini, sudah sekitar 3 bulan 10 hari kami saling melengkapi. Semoga ini gak Cuma sementara, gue percaya seperti di novel-novel cinta sejati itu benar adanya. Aamin amin yaa robbal alamin.


foto box biar kayak anak jaman sekarang


“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Ruum: 21)

Minggu, 18 Mei 2014

Delapan Belas Maret

Sosok yang hari ini begitu kutunggu reda amarahnya usai malah makin menjadi, tubuhku luluh lantak seketika saat ini. Saat jemariku berkoar dalam sedihnya, ketulusan yang selalu kutampakkan dianggapnya selalu tak berarti. mengertikah dia kalau dia begitu berarti, hingga kini bernafas rasanya gemetar. Seketika separuh dari angan dimasa depan yang ingin kuwujudkan hilang terbang berganti keputus asaan.

Tahukah kau, sebelumnya aku pun tak tahu apa yang semestinya kulakukan untuk masa depan. Aku sosok yang tak berpunya, yang malu akan apa yang kumiliki. tadinya, namun setelah kau datang aku menemukan jalan yang kuyakini harus kutempuh. karena bila tidak, aku tak bisa bersanding denganmu. Menjadi sosok wanita yang pantas untuk kau banggakan. Kala itu aku begitu liar akan kemauanku untuk hidup denganmu.

Dimasa awal lalu, kutelan bulat-bulat apa yang tak kusukai didirimu. Kutelan bulat-bulat pula kenyataan bahwa kau tak pernah membanggakan sosok diri ini. Karna menurutku itulah ikhlas. Tetap kuusahakan menampakkan sejuta perasaan yang orang sebut cinta, meski tak kupunyai apapun. Ribuan kata mesra yang kau ucapkan setiap harinya ibarat doping yang membantuku untuk menjalani hidup yang berat ini. Kau satu-satunya yang mampu mengucapkan kata keras padaku namun begitu tersirat.

Seketika separuh dari angan dimasa depan yang ingin kuwujudkan hilang terbang berganti keputus asaan.
Ku kira ini akan menjadi perjalanan yang panjang untuk kita, karna doaku yang tak pernah putus untuk Kita. Namun nyatanya tidak, kau bilang semuanya telah mati. Secepat itukah? Aku takmau mengeluh.

Haruskah aku mendarat pada perasaan terdalam soal cinta? mencintai dalam diam, dalam doa yang entah bagaimana akhirnya. Yang  aku tahu saat ini, aku membutuhkan sosokmu... memelukku erat dengan seuntai kata yang membuatku tenang.

Allah, bila kau mendengar doaku sebelumnya mengapa kali ini tidak? Sudah sedalam ini mengapa baru kau biarkan perasaan itu mati sekarang? Mengapa kau biarkan aku tak berpunya apapun bahkan untuk sebuah cinta?

Minggu, 04 Mei 2014

Hey I'am Admin!

Yeeeeee alhamdulillah.... setelah terlunta-lunta selama setahun bekerja di sebuah supermarket sebagai asissten cook, tanggal 21 Februari lalu akhirnya gue ngedapetin pekerjaan baru loh :D
Bisa kalian tebak dari judul diatas? Admin sosial media. Pekerjaan gue ini dibawahi oleh sebuah CV bernama Andaf Corporation. Ini dia halaman facebooknya yang baru Kita rilis //www.facebook.com/AndafCorporation?fref=ts
Sebelumnya gue udah mau putus asa mencari pekerjaan karena notabenenya gue adalah sorang mahasiswa reguler yang harusnyanya stand by di kampus tercintah ngerjain tugas ini dan itu.
Dibulan februari lalu, gue bener-bener tau banget rasanya jadi pengangguran. Kerjaan gue waktu itu udah abis kontrak dan bersamaan dengan libur semester. Rasanya super duper gak enak banget, mungkin karna biasanya gue juga super duper sibuk pagi kuliah dan malemnya bekerja.
 Di minggu pertama, gue ngabisin waktu berfoya-foya belanja, makan dan nyalon dengan sisa gaji gue. Surga banget emang awalnya gak keganggu sama kuliah dan kerjaan, tapi seketika uang gue pun habis dan gue galau, hancur dan putus asa.
Dengan keadaan keluarga gue yang udah yah... bisa dikatakan hancur J gak memungkinkan banget buat gue nyantai-nyantai lagi, karna uang buat nyukupin kehidupan Mamah sama Adik gue yang masih SMP gak mungkin jatuh gitu aja dari langit. Karena bagaimanapun doa yaa harus dibarengi dengan usaha.
Gue pun ngelamar sana-sini, mulai dari perusahaan penerbangan sampai fast food kenamaan. Gue ditolak terus-terusan dan gue frustasi akut waktu itu. Gue puasa beberapa hari, berdoa sama Allah, dan belanja biar gak makin stress hehe.
Sempet terpikir gue mau diem-diem jadi SPG, kerjaan yang kayaknya paling pas buat mahasiswa kere kayak gue. Ngelepas jilbab lalu pakai baju yangg emm.... demi nyambung hidup. Iman gue pun mulai rapuh karna keadaan.
Tapi entah darimana sebabnya gue jadi iseng suka baca beberapa postingan di Kaskus sampai akhirnya ngirim satu CV di Kaskus yang menawarkan pekerjaan.
Dan tadaaa... baru sehari ngirimin CV tersebut, perusahaan itu langsung nyuruh gue dateng interview. Meskipun begitu, awalnya gue takut banget-banget-banget kalo itu adalah penipuan. Gak mau ambil pusing, gue minta bantuan senior gue buat nganterin ke TKP.
Alhamdulillahhirobbilalamin semua berjalan mulus-lus, gue dapetin pekerjaan itu. Sampai saat ini gue memgang beberapa akun milik perusahaan-perusahann kenamaan, mulai dari Facebook, Twitter, Linked in dan sosial media lain yang gak bisa gue sebutin satu-persatu. Alhamdulillahnya lagi, karna gue bisa ngadmin dari rumah kuliah gue berjalan lancar juga lho.

Doa, usaha, ikhtiar dan tawakal bakalan terus menuntun kita pada yang terbaik kok kawan. Karna Allah juga akan selalu memberikan yang terbaik pada umatnya.... SE-MA-NGAT